Perahu Kertas #2

Halo semesta, yang sedang cerah.

Aku mulai menyadari, berkelana di Kota Pelajar adalah yang terbaik dalam hidupku hingga detik ini. Nuansanya, budaya Jawa, dan kehangatan yang aku alami membuat setiap langkahku jadi berkesan.

Sepertinya entri Perahu Kertas #1-sekian ini akan aku dedikasikan menjadi kumpulan cerita perjalanan di kota tersebut. Alih-alih galau meratapi entah kapan kondisi kembali semula, lebih baik aku mengenang dan mengusir kegalauanku dengan menulis.

Kali ini aku ingin menceritakan salah satu kejadian saat aku dan Angkasa menulis berita liputan. Suatu sore kami janjian untuk menulis berita di kafe bernama Hyra. Bangunannya dicat putih tingkat dua. Tidak terlalu besar, seperti bangunan ruko namun dengan dekorasi modern. Di dinding lantai dua ada lukisan Joker yang cukup ikonik.

Angkasa sudah di sana cukup lama. Ia memilih duduk di bangku lantai dua menghadap dinding kaca. Dari bangku itu kita bisa menyaksikan hujan turun. Aku datang terlambat karena hujan lebat.

"Dar!" aku mencoba mengagetkan Angkasa saat baru tiba di sana.

"Tidak kaget."

Berjam-jam di sana, rasanya sampai kepala ini berhenti berpikir. Tapi selama itu bersama Angkasa, beban yang muncul jadi hilang. Ada saja hal menarik yang diceritakan. Terkadang memang random. Contohnya waktu itu, Angkasa tiba-tiba bilang, "coba lihat ke belakang, pasti ketawa."

Aku menoleh ke belakang sekian detik. Menilik pemandangan sekitar. Satu ruangan itu isinya delapan orang termasuk aku dan Angkasa. Yang benar saja, enam diantaranya merupakan pasangan yang sedang bermesraan.

Benar kata Angkasa, aku tertawa melihatnya. Tertawa dengan nada prihatin pada diri sendiri. Pemandangan yang tidak begitu mengenakkan. Angkasa juga ikut tertawa melihat reaksiku. "Ya Allah.." kataku seperti nenek-nenek yang sudah tidak tahu mau berucap apa lagi setelah melihat perbuatan cucunya.

Ruangan itu tidak begitu besar, aku berusaha menahan tawa. Akan berisik sekali jika tidak ditahan. Sambil bisik-bisik melontar komentar dengan Angkasa di sela tawa.

Aku merasa berdosa. Seperti menjadi bagian dari mereka, namun jelas tidak. Mungkin jika dilihat sekilas aku dan Angkasa seperti pasangan keempat di ruangan itu, karena kami juga berdua. Tapi sungguh big no, tujuan aku dan Angkasa ke sini jelas untuk mengerjakan tugas. Tidak yang aneh-aneh.

Astagfirullah, anak muda zaman sekarang. Sepertinya usia dua pasangan di sana berada di bawah kami. Satu pasangan lagi mungkin setara atau beberapa tahun di atas.

Di satu sisi aku merasa tersudutkan sekaligus bersyukur. Tersudutkannya karena aku tidak memiliki pasangan bermesraan seperti mereka, padahal umurku sudah masuk kepala dua. Bersykurnya, aku terhindar dari dosa.

Untung aku tidak datang ke sini sendiri. Kalau sendiri di antara muda-mudi yang sedang menjalin mesra, sudahlah aku lebih baik nongkrong di masjid kampus saja.

Postingan populer dari blog ini

Perahu Kertas

Kehilangan Satu Paket

Some Photos of My Shots