Perahu Kertas

"Aku capek tiap ngobrol pasti ngebahas perkare cinte yang nda ade abisnye"

"Aku tahu, aku punye pengalaman di percintaan lebih banyak, sedangkan kau nda. Karene itu, aku nda kayak kau yang masih di fase menggebu-gebu."

"Cerite ke orang lain lah, ke siape ke yang kau percaya"

dan banyak lagi.

Ia bilang tidak punya alasan, hanya senang dan merasa tenang jika berada di dekat "orang baru" ini. 

Ini adalah tokoh ke sekian yang aku tulis di sini. Tidak ada habisnya, entah kapan habisnya. Angkasa selalu punya orang baru dan aku selalu sakit hati. Tidak bisakah semua ini berhenti? Tidak bisakah aku jadi manusia yang tidak peduli saja padanya? Kenapa aku harus merasakan semua ini?

Aku terus bertanya dan mencari penjelasan, yang bahkan Angkasa sendiri tidak punya jawabannya. Aku harus bertanya kepada siapa lagi?

Aku jelas tidak terima bagaimanapun kondisinya, siapapun itu. Aku akan selalu menuntut ini dan itu. Tidak ada puasnya. Kenapa aku merasa begitu ingin? Kenapa aku merasa ingin berada di posisi itu? Kenapa aku selalu merasa ini semua tidak adil?

Pada fase ini, aku merasa sangat tidak terima. Aku merasa si orang baru itu sama saja denganku. Dengan diriku yang pertama kali berkenalan dengan Angkasa. Kemudian Angkasa mengomeliku, merubahku untuk menjadi manusia yang mau menjelaskan, bukannya hanya diam. Ia bahkan selalu marah dan mengancam untuk menyudahi pertemuan kalau aku hanya diam. Padahal, bagiku bertemu dengan Angkasa dengan tidak melakukan apapun sudah bahagia rasanya. Kemudian aku berusaha menjadi sosok yang menyiapkan percakapan ini dan itu agar bisa lebih lama bersamanya. Kemudain, apa yang aku dapatkan hari ini? Angkasa menyukain orang baru yang pendiam. Katanya, cukup duduk dan diam di sampingnya saja sudah menyenangkan. 

Sungguh aku merasa itu tidak adil. Aku selalu merasa menjadi manusia paling buruk setiap setelah berbicara dengan Angkasa. Seburuk itu ya aku. Tidak ada sisi baik yang aku miliki. Aku memang buruk sekali..