Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Perahu Kertas #22

Semesta semakin lama semakin lucu dan aneh saja, ya? Aku mulai merasa tahun ini adalah tahun teraneh. Dimulai dengan kebingungan sana-sini, lalu diakhiri dengan fakta menyenangkan bukan main wkwk. Yeah, setidaknya menyenangkan bagiku. Meskipun ini bukan ending , aku sudah belajar cukup banyak, jadi—semoga saja, akan lebih baik. Satu sisi muncul pertanyaan, "apakah sebaiknya kusimpan rasa suka ini atau dibuang saja yang jauh?" Diikuti dengan cabang pikiran yang semakin ditarik, dahannya jadi semakin banyak. Bikin takut saja. Tidak, tidak, aku tidak mau merasa seperti itu lagi. Setelah kutelaah diriku lebih dalam, akar masalah ada di rasa takut dan cemas berlebihan. Outputnya bisa jadi banyak macam. Aku jadi gampang marah, sedih, kesal, tidak terima, berpikir negatif, dan mengekang diri sendiri. Parahnya sampai mengekang orang lain juga. Sungguh maafkan aku. Sikap yang paling benar sejauh ini sepertinya, ya sudah, lepaskan saja. Tidak ada yang perlu dipaksakan atau takut akan k...

Perahu Kertas #21

Aku rasa, semakin dewasa akan semakin banyak kata yang sebaiknya tidak perlu diucapkan. Semakin dewasa, semakin sedikit manusia yang benar-benar berarti. Semakin dewasa, kebutuhan sosial itu susah untuk digapai. Kamu hanya bisa bergantung pada diri sendiri. Mau tidak mau, hal yang tidak mau menjadi, ya.. mau tidak mau. Entah itu untuk dijalani, disyukuri, diterima dengan lapang dada. Tidak semua berjalan dengan apa yang dimau. Terlalu banyak berharap hanay akan menyakiti diri sendiri. Menunggu yang tidak mengharapkan kita sama sekali, sepertinya hanya akan buang-buang waktu. Tidak ada yang tahu masa depan, memang. Bahagiakanlah diri untuk saat ini, hidupmu adalah untuk kamu yang sekarang. Jika nanti memang tidak bisa disusun dari sekarang, susunlah yang bisa disusun sekarang. Kehilangan motivasi dan kepercayaan sepertinya wajar, namun orang lain sudah berlari sampai jauh. Mau tidak mau (lagi), harus berjalan diantara arus. Tidak berusaha atau malah berbalik hanya akan menyusahkan diri ...

Perahu Kertas #20

Tahun 2021 adalah tahun yang lucu. Ada plot twist di mana-mana. Beberapa bulan menuju akhir dari 2021, ternyata masalah yang muncul di awal tahun berangsur-angsur usai. Muncul cerita baru, tokoh baru, dan segera menghantarkan ke masalah yang sudah menanti di masa depan. Begitulah hidup, bukan? Setidaknya aku jadi belajar banyak dari kisah patah hati kali ini. Menyadari betapa bodohnya aku dan.. ya, aku mengakuinya. Menyadari begitu banyak kekurangan yang aku miliki, begitu dangkal isi kepalaku, begitu egois, begitu buruk caraku bersikap maupun berucap.  Aku tidak menyesal akan apa yang telah terjadi di tahun ini―setidaknya untuk saat ini, karena aku jadi bisa memaknai setiap langkah yang telah kulalui. Semoga saja tidak sia-sia.

Perahu Kertas #19

Selamat pagi semesta. wkwk lama-lama kata semesta di awal ini buat muak juga ya Aku mau ngabarin sesuatu. Ternyata isi blog ini tidak berjalan seperti yang aku rencanakan di awal segmen "Perahu Kertas". Awalnya aku ingin menulis tiap postingan dengan momen yang sudah aku jalani bersama Angkasa. Kegiatan-kegiatan yang rutin kami jalani seperti mengunjungi Selasa Wage tiap bulan, nugas sampai matahari terbit―dua kali aja sih, tidak rutin, dua-duanya di KFC Jakal, nugas tapi malah cerita keseharian masing-masing di Krink's Milk, Omah WK, Kaktus, pengalaman pertama kalinya aku nonton bioskop berdua, Tambakboyo, awal-awal analog, dan entahlah.. sampai pada akhirnya pandemi. Aku tidak lagi mungkin bertemu dengannya.  Nah ceritanya, dengan menulis di sini akan jadi pengobat rindu buatku. Membolak-balik memori indah bersama Angkasa yang ada di kepala. Tetapi kenyataan berkata lain. Saat jauh, aku dan Angkasa tetap berkomunikasi dengan lancar. Awalnya karena tugas-tugas, urusan le...

Perahu Kertas #18

orang-orang saling melukai satu sama lain.

Pikiran Kacau #1

Apakah ini kategori baru? Iya kali wkwk Sedikit pembuka, aku ― sama seperti kebanyakan manusia 20 tahunan lainnya ― suka overthinking. Tidak, aku tidak suka, tapi suka dalam artian ya,  u know la. Di satu waktu aku bisa memikirkan seabrek opsi sekaligus. Kemungkinan, peluang, atau bahkan prediksi yang bisa terjadi di tempat lain maupun di waktu yang akan datang. Mendesak masuk gak pake ngantri. Main dorong-dorong aje tuh impuls. Efeknya, aku jadi banyak diam. Mikir hal-hal yang negatif, tapi juga hal-hal yang positif. Mereka beradu. Yah, begitulah. Tidak ada sangkut pautnya juga sih sama yang mau aku tulis kali ini. Tapi intinya, isi tulisan di label ini bakal kacau. Sekacau hatiku pas balon warna ijo meletus. Dor! Aku mau cerita. Setelah melihat orang-orang bucin di medsos, ternyata tidak semua penonton akan menganggap itu unyu. Contohnya aku . M ungkin karena cara, profil pasangan, tampilan, penampilan, lokasi, intensitas, dan banyak lagi faktor ― paling utama faktor perspektif y...

Perahu Kertas #17

Halo, semesta. Sebagaimana bumi yang terus berputar, manusia terus berubah. Beradaptasi dengan kondisi yang mau tidak mau dihadapi. Berdamai dengan semua keadaan, atau menolak dengan segala pelarian. Mudah saja mengatakan, "terima saja". Tapi sungguh, sulit sekali untuk direalisasikan. Sekarang adalah tahap adaptasi. Butuh waktu lama untuk menerima semua kenyataan. Setahun? Mungkin lebih. Peristiwa yang terjadi belakangan aku anggap sebagai arena latihan. Subjek yang aku hadapi, aku anggap sebagai penguji benar salah perbuatanku. Seringnya salah, karena hampir semua pergerakan yang aku lakukan muncul dari rasa impulsif. Sayangnya dampak yang muncul menjadikan aku tidak leluasa berperan sebagai aku―yang biasanya tampil di hadapan teman-teman terdekat. Aku tahu, aku mengganggu. Tidak, aku tidak tahu. Aku bukan peramal yang bisa tahu isi hati manusia. Tapi sepertinya memang demikian, bukan? Tenang saja, aku akan berhenti melakukan semua ini saat pada akhirnya semua usai. Aku per...

Perahu Kertas #16

Aku tidak dianggap sebagai manusia. Hanya itu kalimat yang bisa membantuku menafsirkan semuanya. Jika disimpulkan, ceritanya sangat indah. Rangkaian pertemuan ia dengan bidadari yang tanpa disangka, membuatnya bahagia selama 21 hari. Kemudian bidadari itu mendadak pergi dan menjadikan 21 hari berikutnya teramat sedih. Sedangkan aku, dibuatnya menjalani 176 hari bahagia dengan rasa takut kehilangan. Lalu aku putuskan pergi dengan berat hati. 74 hari berikutnya jadi hari berkabung bagiku, dengan penuh tanya, tangis, dan penyesalan. Di mana dalam 74 hari sedihku ia sedang berbahagia sekaligus menangisi orang lain, sang bidadari. Apa yang bisa kulakukan? Tidak ada. Tapi meskipun merasa tidak dianggap sebagai manusia yang punya perasaan, aku senang bisa mendengar cerita itu langsung dari mulutnya. Aku bersyukur ternyata ia masih percaya padaku. Percaya untuk menceritakan hari bahagia dan sedihnya. Setidaknya ia masih menganggapku sebagai teman.

Perahu Kertas #15

Halo semesta. for the other reason. I know that's a beautiful swan come and go in the lake that reflected by the light of moon pardon me

Perahu Kertas #14

Halo Semesta, bintang-bintang di sini sedang menyapa. Semalam aku mimpi bertemu Sirius. Kami membicarakan banyak hal, terutama tentang keadaan masing-masing. Di sana ramai, ada kak perawat juga. Menyenangkan bisa mendengarkan kisah hidup Sirius, seperti dulu waktu SMP dan SMA. Seperti biasa, Sirius selalu punya cerita super keren untuk ia bagikan. Pembawaannya selalu menarik, tidak pernah bikin ngantuk. Kadang heran, tiba-tiba ia hadir di mimpiku. Dari dulu sampai kapanpun, aku rasa tidak akan ada yang bisa menggantikan posisi Sirius. Bagiku ia adalah yang terbaik.

Perahu Kertas #13

  Manusia penuh dengan kata tanya Senandung apa  Kenapa  Bagaimana Yang dituju bergidik  Seolah semua tanpa makna Tiada tera tiada jera Merelokasi   ingatan di tengah gusar Menjerit risau di ujung batu bercula Menangis kisruh di ruang antipati  Namun hanya hampa menyapa Tidak tahu marah pada siapa Sekali batu  selamanya demikian Mungkin ini saatnya melepaskan

Perahu Kertas #12

Halo Semesta.. Dan aku benar-benar menyesal.

Perahu Kertas #11

Selamat pagi juga, Angkasa. "Lebih baik menyesal karena sudah membeli barang, daripada menyesal karena tidak pernah membelinya sama sekali," begitu katamu beberapa waktu lalu. Aku turuti. Begitu kompleks. Pada akhirnya, harus ada kata kehilangan. Hidup itu pilihan, Angkasa. Kalimat klise yang seringkali orang lupakan. Mungkin kamu juga lupakan. Jika ditanya apakah aku menyesal, jelas. Tidak ada lagi yang senantiasa mendengarkan keluhan atau cerita hariku yang remeh temeh. Tidak ada pula suara keluh dan risaumu dari ujung sana—yang membuatku gemas, ingin mengacak-acak kepalamu tiap kali mendengarnya. Tidak mengapa. Toh sebelumnya juga tidak ada "ritual" itu dan kita baik-baik saja.

Perahu Kertas #10

 Halo semesta, yang sedang bergemuruh. Tidak ada yang lebih baik dari rumah, bersama orang-orang yang disayangi. Ditambah cuaca sendu dengan miliaran air jatuh dari langit. Meskipun dingin, tetap terasa hangat. Namun, tidak semua orang berada dalam posisi yang sama. Di waktu yang sama, seseorang bisa saja hanya seorang diri tanpa ditemani siapapun. Hanya ditemani ngiangan di dalam kepala tanpa tahu-bahkan sangat tidak ada kemungkinan untuk orang yang dimaksud juga memikirkan hal yang sama. Semakin ke sini, kehidupan yang berjalan semakin membingungkan. Orang berkata sering kali tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam hatinya. Aku pernah bertanya kepada temanku saat mengerjakan tugas bersama, "menyembunyikan perasaan? Gimana bisa tau kalau orang menyembunyikan perasaan?" Kataku sambil membaca daftar isian panduan observasi. "Tanya ke diri kau sendiri." Hanya itu penggalan percakapan yang aku ingat. Wajahnya datar saat berkata seperti itu disampingku, tetap fokus de...