Perahu Kertas #10
Halo semesta, yang sedang bergemuruh.
Tidak ada yang lebih baik dari rumah, bersama orang-orang yang disayangi. Ditambah cuaca sendu dengan miliaran air jatuh dari langit. Meskipun dingin, tetap terasa hangat. Namun, tidak semua orang berada dalam posisi yang sama. Di waktu yang sama, seseorang bisa saja hanya seorang diri tanpa ditemani siapapun. Hanya ditemani ngiangan di dalam kepala tanpa tahu-bahkan sangat tidak ada kemungkinan untuk orang yang dimaksud juga memikirkan hal yang sama.
Semakin ke sini, kehidupan yang berjalan semakin membingungkan. Orang berkata sering kali tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam hatinya. Aku pernah bertanya kepada temanku saat mengerjakan tugas bersama, "menyembunyikan perasaan? Gimana bisa tau kalau orang menyembunyikan perasaan?" Kataku sambil membaca daftar isian panduan observasi.
"Tanya ke diri kau sendiri."
Hanya itu penggalan percakapan yang aku ingat. Wajahnya datar saat berkata seperti itu disampingku, tetap fokus dengan monitor di depannya yang menampilkan kodingan pemrograman.
Kata-kata itu terus terngiang. Aku jadi sadar, ternyata sahabatku satu ini mengerti apa yang aku lewati. Lima tahun berteman ternyata tidak sia-sia juga, aku punya orang yang memahamiku sejauh ini. Ia mengingatkanku betapa aku sering mengucapkan apa yang sebenarnya tidak aku rasakan. Aku berbohong. Aku mengelak, dengan apa yang sebenarnya ada dalam isi hatiku.
Dari dulu, ia selalu mendukungku dengan apa atau siapapun yang aku suka. Membantuku dengan berbagai cara agar aku mendapatkan apa yang aku inginkan. Benar-benar aku inginkan. Sebatas informasi saja, sangat berarti. Terima kasih.