Akankah Bintang Terganti

Tidak sengaja aku bertemu sobatku di masjid kampus. Sering sekali aku berjumpa dengannya secara tidak sengaja, tidak di kota SMA, tidak di tempat kuliah-yang bahkan masih seprodi saja sulit untuk bertemu- dengannya, sering sekali. Entah magnet jenis apa yang membuat aku sering sekali tidak sengaja bertemu dengan sobatku yang satu ini. Padahal ya, jika dikomparasikan antara jadwal agendaku dengannya jelas lebih padat ia. Bisa-bisanya.

Beberapa pertemuan tidak hanya berhenti di, "halo", kemudian "eh, kamu, aku duluan ya". Tidak. Seperti hari Senin lalu, dari masjid kami jadi bareng ke perpus. Tujuanku setelah dari masjid memang mau ke perpus, dia ngikut. Baiklah, paling tidak aku jadi tidak sendiri. Di sana kami bersua dalam kesibukan menghadap laptop masing-masing. Aku mengerjakan tugas, ia belajar.

Berjam-jam kami di sana, ternyata satu sobat SMA lainnya juga sedang di perpus. Aih, tidak perlu ternyata aplikasi Zenly untuk mempertemukan kami secara tidak sengaja. Feeling persobatan saja cukup. wkwk. Kami bertiga berkumpul, sobat terakhir berkata kalau di ruang komputer ia tidak sendiri, ada sobat SMA satu lagi masih mengerjakan tugas di sana./jika kamu masih ingat, ia adalah ia yang biasanya di blog ini. Kami berempat berkumpul di meja kotak dengan empat kursi berwarna oranye. Sampai petugas memadamkan pendingin ruangan, tanda kami harus bubar.

Pukul 9 malam lewat, masih awal kata mereka. Sebagai satu-satunya perempuan di antara tiga sobat cowok ini, baiklah, aku lebih dari aman bersama mereka. Secara, di kota ini, di tempat perantauan ini, merekalah orang-orang yang aku sematkan sebagai pelindung bila suatu hari terjadi hal yang tidak diinginkan menimpaku. Mereka adalah emergency call yang akan aku hubungi. hehe

Akhirnya kami melanjutkan mengobrol di kedai susu. Tempat biasa. Pernah aku ceritakan sebelumnya. Di meja itu, kami membicarakan banyak hal. Pembicaraan yang cukup serius, menurutku. Topik pembicaraan yang tidak akan aku temukan jika di kanan-kiriku adalah teman perempuan. Topik yang jaauuuuuh lebih seru dibanding membicarakan artis korea, skin care, atau yang lebih parah lagi membicarakan orang-aku sangat tidak suka topik ini jika sudah berkumpul dengan makhluk-makhluk julid. lebih baik aku kabur.

Di meja itu, dengan piring-piring makanan ringan di tengah yang memang disediakan. Dengan gelas kaca masing-masing berisikan susu varian berbeda. Kami membicarakan seputar perkuliahan, dosen salah satu sobat yang setiap hari membawa sebotol besar karbon, materi kuliah anak informatika, kisah inspiratif seputar alumni sekolah kami yang menjadi pejabat kampus, bagaimana bisnis salah satu sobat berjalan, lika-liku mencuci baju sobat lainnya yang tak kunjung harum padahal sudah dituangi banyak pewangi, tutorial mengeringkan sepatu dari sobat satunya lagi dengan memasukkan bubuk kopi berbalut tisu ke dalamnya, kue jajanan pasar berisi kelapa yang teramat banyak nan murah tapi lupa namanya, dan.. puncaknya adalah tentang politik.

Mau pilih siapa saat pemilihan presiden tanggal 17 nanti?

Ini adalah topik paling seru dan langka bagiku. Secara, tidak akan aku temukan jika sekelilingku adalah teman perempuan. Mungkin saja iya. Tapi, sudut pandang sobat cowok-cowok ini lebih open minded menurutku. Aku suka. Aku sangat suka. Bukan berarti aku diam saja, meskipun tidak banyak, aku tahu. Dan dengan pendapat-pendapat mereka, kesimpulan dari mereka, aku jadi tambah tahu.

Di meja itu, meskipun kami perantau, kami mengurus pemindahan pemilihan. Kecuali satu sobat wkwk. Aku lupa nanya kenapa dia tidak mengurus waktu itu. Kisah-kisah seputar pengurusan form A5 juga tertuang di meja itu sebelum akhirnya kami mengusik pemerintahan.

Sangat menarik.  Terima kasih sobat-sobat SMAku yang telah membuat malam itu jadi bermakna atas percakapan yang bermanfaat. Ketidaksengajaan yang akan ku simpan dalam sejarah hidup.

Postingan populer dari blog ini

Perahu Kertas

Kehilangan Satu Paket

Some Photos of My Shots