Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

Apa Memang Seperti Itu?

"Ikut rapat kan?" "Belum pulang?" "Ayo pulang" Tidak, ia memang seperti demikian kepada teman-temannya.

Susu Cokelat Hangat

Hujan sudah mulai hadir setiap hari dengan pilihan waktu yang tidak terduga. Seperti tetesan air yang semakin lama semakin menggetarkan genting rumah, keberadaannya semakin lama menggetarkan hati manusia yang memerhatikan. Begitu rendah hati, tulus, dan penuh penghargaan. Ucapan adalah penggambaran dari kebiasaan. Kebiasaan menghasilkan tindakan dan ucapan. Dari sanalah seseorang dapat dikatakan baik atau buruk. Hari itu, untuk kali kedua aku berbincang lama dengannya. Tetap bertiga. Tetap membuatku kagum atas berbagai ucapannya yang sederhana.

Kehilangan Satu Paket

Awalnya aku udah ngetik sampai satu halaman hvs A4, tapi, sepertinya cerita itu kurang pantas untuk dipublikasikan. Aku hanya ingin menyampaikan, ternyata tidak enak berada di antara sekelompok sahabat yang isinya berpasang-pasangan. Aku ada di antara dua pasangan sekaligus. Terlihat sedih memang, aku sendiri. Tapi, dulu sebenarnya cuma berempat. Yha, takut terjadi kesalahpahaman lagi, kami ikutsertakan pasangan yang satu. Jadilah berlima. Awalnya seru. Meskipun kehadiran satu orang itu merubah beberapa derajat. Tapi, tidak buruk. Tapi kalau mau dijadikan perbandingan, jauh lebih seru pas berempat. Soalnya pas ada pasangannya itu jadi lebih agak jaim, dia tidak segila sebelumnya. Di luar itu semua, aku senang bersama mereka. Namun, aku jadi mengerti. Tidak selamanya semua berjalan lancar. Ada kalanya kami mengalami konflik. Dari sisiku, aku jadi belajar satu hal. Jika suatu saat nanti menemukan jenis pertemanan yang sama, dalam artian berada di antara pasangan-pasangan. Siap-...

Buku Biopsikologi

Aku tidak akan bercerita sesuai dengan judul di atas. Karena, itu buku super tebal (edisi ketujuh karya John Pinel) dan siapa yang nggak males buat baca isinya? Mana kata-katanya super ilmiah dan perlu dicerna baik-baik sampai baca berulang kali untuk benar-benar paham. Mana otakku sering mantul-mantul kalo baca tulisan yang rumit gitu. Pokoknya mumet. Malesin banget. Lah, terus kenapa? Jadi tuh, keluhan di atas seperti tameng yang kuat untuk aku membeli buku itu. Ada sih niat, tapi, deuh bakal dibaca gak ya? Ujung-unjungnya ga kebeli-beli. Tapi, tapi, tapi, sekarang semua keluhan itu mulai terkikis. Aku bersyukur tidak membeli buku itu. Malah, mendapatkannya secara percuma! Dianterin lagi.. hehehe.. Alkisah, suatu hari aku ke perpus, as always, sendiri. /kadang temen-temen ku suka kaget gitu kalau aku ke mana-mana sendiri. Ye, mau gimana lagi. Lagian, biasa aja gitu sendirian. Aku oke oke saja. Meskipun kadang sedih juga, tapi seru juga./ Nah lalu, aku menemukan nih...