Merbabug
"Kasi nama siapa ya?" Aku mikir lama, "Merbabug." Ia tertawa. Tiga hari di cuaca yang ekstrem, tempat yang ekstrem, serta kondisi lainnya yang senantiasa mengarah kepada ke ekstreman. Di saat itulah sifat sebenarnya manusia terlihat. Diadu dengan kondisi fisik yang lelah, kondisi mental tidak jarang ikut merosot. Aku bingung, terkadang ekspektasiku meleset. Tapi ini, ia konsisten seperti ekspektasiku malah lebih baik. Sangat baik hati dan selalu sabar. Aku pikir sudah punah spesies laki-laki yang tidak akan mengucapkan kata kebun binatang, ternyata masih ada. Sejak pertama kali aku mengobrol lama dengannya (di Perpus), hingga kemarin saat perjalanan pulang dari mendaki Gunung Merbabu, aku merasa ingin menceritakan semuanya. Semua yang aku ketahui, semuanya aku ingin ceritakan, semua yang aku alami. Jarang sekali hal ini terjadi. Jarang sekali aku bisa bercerita sangat-sangat banyak kepada seorang laki-laki. Dari semua teman laki-laki yang aku punya, yan...